Judul disertasi adalah: Panakawan Tengen dan Kiwa pada Wayang Purwa Gaya Yogyakarta: Kajian bentuk, makna dan fungsi. Panakawan adalah kelompok tokoh wayang purwa yang berpenampilan unik dan khusus. Rumusan masalah dalam kajian ini: Apa yang dimaksud panakawan tengen dan kiwa? Mengapa bentuk tokoh panakawan wayang purwa gaya Yogyakarta tidak wajar seperti bentuk tokoh wayang yang lain dan selalu berpasangan?. Bagaimana makna dan fungsi panakawan pada lakon Petruk Dukun, Semar Mbangun Kahyangan, dan Wahyu Setya Wacana bagi masyarakat pendukungnya?. Tujuannya: untuk mengetahui konsep perwujudan, sejarah, perkembangan, dan keanekaragaman panakawan dalam media dan ragam wayang di Jawa. Untuk mengetahui makna dan fungsi panakawan tengen dan kiwa bagi masyarakat pendukungnya.
Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah pendekatan struktural, ikonografis dan estetis, disamping itu digunakan teori-teori pendukung, di antaranya hermeneutik, mitos, dan simbol. Analisis yang dilakukan dalam kajian ini tidak melihat proses dari sebab akibat, namun lebih diutamakan pengungkapan secara tekstual dan kontekstual terhadap bentuk, makna, dan fungsi panakawan tengen dan kiwa pada wayang purwa gaya Yogyakarta objek kajian ini. Oleh karena itu penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan multidisiplin.
Hasil kajian ini menunjukkan bahwa panakawan tengen disebut prepat sebagai pamomong satria, terdiri dari Semar, Nala Gareng, Petruk, dan Bagong. Panakawan kiwa merupakan abdi (batur) dari tokoh yang berwatak angkara murka, terdiri dari Togog dan Bilung. Penciptaan bentuk panakawan terinspirasi oleh bentuk abdi dalem palawija, atau pada Mataram kuno disebut watak i’jro, yaitu orang cacat memiliki daya sakti. Panakawan berpasangan berdasar pada satuan dua, satuan lima, dan satuan Sembilan, yang dilatarbelakangi budaya Hindhu, Islam, Jawa-Islam dan tradisi setempat/local genius. Makna panakawan secara semantik dan fisik menunjukkan beberapa nilai yang berguna bagi kehidupan. Fungsi panakawan secara personal sebagai media ekspresi, sosial sebagai simbol/lambang, dan fisik sebagai alat peraga. Fungsi panakawan berdasar tiga lakon, diketahui sebagai penasehat, pelindung, media penerangan, penghibur, dan pembantu.
submitted by:
admin at [25/11/2010, 13:35:20]
sumber